Sabtu, 03 April 2010

Pendidikan Yang Mengakhlakkan

Pendidikan merupakan kebutuhan sangat hakiki, sekaligus investasi jangka panjang yang sangat mahal. Pendidikan dapat dijadikan sarana membangun kualitas sumber daya manusia, meningkatkan kesejahteraan manusia serta persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan status sosial, citra, dan derajat manusia; meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencerdaskan, memperbaiki etika, estetika, moral, budi pekerti, dan membentuk akhlak masyarakat.

Sudah selayaknya pemerintah menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional.

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Artinya, manusia adalah subjek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaannya secara optimal. Dimensi kemanusiaan yang utuh tersebut juga meliputi pembentukan akhlak mulia. Maksudnya, manusia yang memiliki keteguhan iman dan takwa, etika, serta moral yang baik. Juga, memiliki wawasan kebangsaan serta kepribadian yang modern, menguasai iptek, mempunyai estetika, dan meningkatkan kesehatan jasmaninya.

Paradigma pembangunan pendidikan tersebut menempatkan peserta didik pada peran dan kedudukan yang sangat penting; bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek. Pendidikan merupakan suatu proses yang sistematis, terencana, dan terarah untuk memanusiakan manusia secara holistik serta sebagai media pembentukan kepribadian.

Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia memerlukan perenungan secara filosofis. Sebab, proses tersebut tidak hanya bersifat fisik. Di situ tercakup seluruh dimensi dan potensi manusia dan realitas yang mengitarinya. Fungsi pendidikan yang paling esensial adalah menyadarkan manusia sebagai subjek didik. Juga, menyadarkan kedudukan dan perannya dalam kehidupan dunia maupun akhirat yang menyangkut dinamika kejiwaan dan kerohanian. Intinya, membangun manusia yang berakhlak.

Namun, mewujudkan pembangunan pendidikan nasional untuk membentuk akhlak masyarakat Indonesia tidak mudah. Sebab, masyarakat kita kini mengalami krisis multidimensional, khususnya krisis etika, moral, dan akhlak. Di samping itu, banyak pendidik yang belum memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki tanggung jawab; bukan hanya mencerdaskan peserta didik, tetapi juga membentuk akhlak mereka.

Dalam proses pembelajaran, para pendidik saat ini lebih fokus pada transformasi ilmu. Sebaliknya, pembinaan akhlak sangat kurang. Akibatnya, banyak generasi muda kita saat ini yang terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Misalnya, narkoba, perkelahian antar pelajar, dan perkelahian antarmahasiswa.

Oleh sebab itu, para pendidik harus memiliki kesadaran bahwa pendidikan harus memiliki wawasan ke depan yang berdimensi dunia maupun akhirat.

Urgensi Akhlak

Dalam Alquran maupun hadis, istilah akhlak banyak disebut. Akhlak harus dimiliki seseorang dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta menjadi berbagai ukuran dalam beragama, baik yang berdimensi ibadah maupun muamalah.

Islam selalu menganjurkan agar kaum muslimin memiliki akhlak yang baik. Ini sesuai dengan tugas Nabi Muhammad SAW diutus ke bumi, yakni menyempurnakan akhlak masyarakat Arab yang waktu itu sedang krisis.

Akhlak menjadi ukuran dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Dalam kehidupan beragama, akhlak juga dipakai, antara lain, pertama, untuk mengukur kesempurnaan iman seseorang. Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (HR Al-Bukhori)

Kedua, mengukur kebaikan seseorang. Kebaikan seseorang itu di hadapan Tuhan juga diukur dari akhlaknya. Ketiga, memperberat timbangan amal seseorang. Timbangan amal kelak di akhirat, berat atau ringan, juga akan diukur dari kadar akhlak seseorang tersebut ketika di dunia. Bila pada saat hidup di dunia akhlak seseorang tersebut baik, timbangan amal baiknya akan lebih berat daripada amalnya yang tidak baik.

Selain itu, keempat, mengukur cinta dan kedekatan Allah SWT kepada hambanya pada hari kiamat. Seseorang yang akhlaknya baik akan sangat dicintai dan dekat dengan Allah SWT di hari kiamat. Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat denganku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian (HR At-Tirmidzi).

Kelima, mengukur amal yang paling utama. Amal yang paling utama adalah akhlak yang baik (HR Ahmad). Keenam, amal yang paling banyak memasukkan seseorang ke surga. Amal manusia yang paling banyak mengakibatkan seseorang masuk ke surga adalah takwa dan akhlak yang baik (HR At-Tirmidzi). Ketujuh, mengukur derajat yang agung dan kedudukan yang mulia di akhirat. Derajat yang agung dan kedudukan yang mulia seseorang di akhirat juga diukur dari akhlaknya meskipun ibadah orang tersebut lemah (HR At-Tabrani).

Dalam kehidupan bermasyarakat pun, akhlak akan menjadi ukuran baik buruknya seseorang. Kehidupan kita saat ini dalam bermasyarakat, bernegara, dan berpolitik, seakan-akan tidak mengindahkan lagi akhlak. Mereka dengan mudah saling menghujat, mencari kesalahan orang lain, dan bahkan membuka serta menyebarkan rahasia orang lain seakan-akan tanpa merasa berdosa. Padahal, perbuatan tersebut dilarang agama.

5 komentar:

MEMANG TOP N SETUJUUUUU BANGET

semoga al-ikhlas makin maju n sukses........... amiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnn

wiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhhhhhh............
alikhlas mkin asyik ajh yah,,smoga trus top bnget yahhhhhhhhh............
i luv you pull alikhlassssssssssssssssss.......

EH.....manusia klas 7/8 mts alikhlas.....
Dimana mana itu, artikelnya dibaca dulu ...jangan langsung comment begitu aja. artikelnya membahas apa, comentnya malah NGAWUR.. GAK GAUL LOH SMUA... =))

tau tuh pada ngawur...... hehehe
bhong saya ja bca dlu lngsng tlis aj cmentnya

Posting Komentar