Senin, 31 Mei 2010

Analisa Mengenai Peningkatan Mutu Pendidikan

A. Humanisasi Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia menjadi individu-individu yang bermutu, berwawasan luas serta mampu berinterkasi dengan lingkungannya. Tujuan di atas akan dengan sendirinya tercapai ketika materi pendidikan mampu terimplementasikan ke dalam jiwa dan pikiran peserta didik. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, maka iklim pendidikan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga bisa tercipta proses pendidikan yang humanis.

Humanisasi di sini menempatkan peserta didik pada derajatnya sebagai manusia seutuhnya. Peserta didik bukanlah obyek penjejalan ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih diproporsikan pada eksistensinya sebagai subyek. Karena pada dasarnya humanisasi pendidikan adalah media dan proses pembimbingan manusia muda menjadi dewasa, menjadi lebih manusiawi (“humanior”). Jalan yang ditempuh tentu menggunakan massifikasi jalur kultural. Tidak boleh ada model “kapitalisasi pendidikan” atau “politisasi pendidikan”. Karena, pendidikan secara murni berupaya membentuk insan akademis yang berwawasan dan berkepribadian kemanusiaan.

Sementara itu, mengenai kapitalisme pendidikan sendiri Ivan Illich, kritikus pendidikan yang banyak melakukan gugatan atas konsep sekolah dan kapitalisasi pendidikan, mengatakan bahwa kita harus mengenali keterasingan manusia dari belajarnya sendiri ketika pengetahuan menjadi produk sebuah profesi jasa (guru) dan murid menjadi konsumennya. Kapitalisme pengetahuan pada sejumlah besar konsumen pengetahuan, yakni orang-orang yang membeli banyak persediaan pengetahuan dari sekolah akan mampu menikmati keistimewaan hidup, punya penghasilan tinggi, dan punya akses ke alat-alat produksi yang hebat. Pendidikan kemudian dikomersialkan. Sehingga tidak ada kepedulian seluruh elemen pendidikan untuk lebih memperhatikan nasib pendidikan bagi kaum tertindas.

Dalam hal ini teori pendidikannya Paulo Freire mungkin bisa dijadikan rujukan. Freire yang terkenal teori pendidikan pembebasan lebih menojolkan pada pembelaan buat kaum marginal. Menurutnya, pendidikan itu mempunyai dua kekuatan sekaligus: sebagai aksi kultural untuk pembebasan atau sebagai aksi kultural untuk dominasi dan hegemoni; sebagai medium untuk memproduksi sistem sosial yang baru atau sebagai medium untuk mereproduksi status quo.

Jika pendidikan dipahami sebagai aksi kultural untuk pembebasan, maka pendidikan tidak bisa dibatasi fungsinya hanya sebatas area pembelajaran di sekolah. Ia harus diperluas perannya dalam menciptakan kehidupan publik yang lebih demokratis. Untuk itu, dalam pandangan Freire, "reading a word cannot be separated from reading the world and speaking a word must be related to transforming reality". Dengan demikian, harus ada semacam kontekstualisasi pembelajaran di kelas. Teks yang diajarkan di kelas harus dikaitkan kehidupan nyata. Dengan kata lain, harus ada dialektika antara teks dan konteks, teks dan realitas.

B. Sistem Pendidikan Yang Merata

Pemerataan hendaknya tidak saja dalam ruang lingkup kesejahteraan masyarakat, namun dalam sistem pendidikan pun harus bisa terjangkau oleh semua masyarakat di berbagai daerah. Selain itu pendidikan juga harus bisa menjangkau semua lapisan msyarakat tanpa atribut batasan strata sosial ekonomi mereka. Di sini pendidikan tidak saja ditempatkan sebagai sebuah kawajiban, tetapi peranannya lebih dari pada itu, yakni sudah merupakan kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan negara secara global.

Sentralisasi pendidikan yang selama ini hanya berpatokan pada doktrin aristokrat, sedemikian rupa harus dikembangkan fleksibilitasnya menjadi bagian dari ruang lingkup kegiatan masyarakat marginal. Di mana kompetensi pendidikan lebih didasarkan pada tingkat prestasi siswa, bukan pada standarisasi finansial. Artinya rakyat kecil juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu tinggi sesuai dengan prestasi mereka.

Sementara itu, guna memujudkan realitas pendidikan di atas, maka diharapkan lembaga pendidikan tidak sepenuhnya didominasi oleh pengusaha (Pendidikan Swasta). Kenyataan di masyarakat menunjukkan bahwa lembaga pendidikan tidak mengejar sisi kualitas peserta didik, tetapi lebih diarahkan pada pemenuhan sarana dan fasilitas pendidikan. Dan ironisnya pengadaan sarana dan fasilitas pendidikan yang mewah cenderung dikuasai oleh lembaga pendidikan swasta. Sehingga masyarakat elit – yang relative mempunyai gaya hidup tinggi – cenderung memilih pendidikan dengan gaya tersebut sebagai pilihannya, yang tentunya dengan biaya yang besar pula. Sedangkan masyarakat miskin lebih memlilih kepada lembaga pendidikan murah, dengan sarana pas-pasan, yang penting dapat ijazah.

B. Minimalisasi Biaya Pendidikan

Dalam upaya mewujudakan pendidikan biaya murah bahkan gratis sangat membutuhkan kajian yang secara diharapkan mampu menemukan solusi terbaik dalam upaya pemecahan masalah seputar pembiayaan pendidikan.

1. Solusi Sistemik

Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.

2. Solusi Teknis

Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

1 komentar:

Hai..
kita dari agen poker online papadomino mau memberitahukan bahwa sekarang sedang ada promo bonus yaitu :
* Bonus Mingguan : 0.5% (setiap senin)
* Bonus Referral : 20% (seumur hidup)

Hanya dengan minimal depo & wd Rp 20.000,-
Proses depo / wd cepat
100% PLAYER VS PLAYER Tanpa ROBOT
link pendaftaran : http://papadomino.com/?ref=jesica6413
Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi : 2B4A514B

* Buat yang suka bermain togel silahkan kunjungi http://www.papa4d2.com/ref.php?ref=jesica

judi poker
bandar poker
domino online
agen poker online
poker online
capsa susun
poker online terpecaya

Posting Komentar