Senin, 31 Mei 2010

Konsep Strategi Pendidikan dan Masyarakat

Dalam proses rekonsiliasi kehidupan manusia, pendidikan memegang peranan vital sebagai landasan pacu menuju persuasivitas. Pendidikan tidak saja membentuk karakter manusia menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai pola pikir ke depan, akan tetapi pendidikan juga diharapkan mampu merevitalisasi manusia menjadi subyek perfectionalitas. Oleh karenanya pendidikan masih menjadi suatu keharusan bagi setiap individu guna mengembangkan potensi dan kreativitas mereka. Itulah sebab kenapa manusia dilahirkan dengan dibekali akal dan fikiran yang membedakannya dengan makhluk lain. Akal dan fikiran inilah yang pada tingkat selanjutnya paling bertanggung jawab dalam proses pembentukan pribadi manusia lewat jalur pendidikan.

Sementara itu pada dasarnya pendidikan bersifat fleksibel, artinya obyek pendidikan tidak mengenal status sosial dalam masyarakat. Siapapun dan dalam konteks apapun, pendidikan akan selalu bisa mengalir dalam diri setiap manusia. Konsep ini akan menjadi penting ketika basic personality serta strukturisasi akademik bisa berjalan secara berkesinambungan. Hal ini tidaklah mudah, mengingat eksistensi pendidikan saat ini nampak lebih mengedepankan basic financial serta tingkat strukturisasi birokrat. Artinya pendidikan adalah milik kaum aristokrat, sementara buat rakyat kecil selama ini pendidikan hanyalah sebatas wacana.

Oleh karena itu, guna mewujudkan tujuan pendidikan, perlu semacam strategi yang bisa menjembatani masyarakat marginal dalam usaha pencapaian pendidikan yang layak. Yang jadi permasalahan di sini adalah Strategi pendidikan seperti apakah yang harus diterapkan dalam rangka mengakstualisasikan konsep di atas dalam tataran yang lebih massif?

Dari uraian di atas nampak ada tiga istilah yang bersifat konseptual yang akan penulis jelaskan dalam bab Pendahuluan ini, yaitu KONSEP STRATEGI, PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT.

A. Konsep Strategi

Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “strategos”. Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' atau “perwira perang”. Sedangkan secara terminologi Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan". Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.

Sedangkan menurut sumber lain “Strategi” adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaikDari beberapa pengertian tentang strategi di atas ada semacam konkruensi dalam proses penerapan pendidikan bagi masyarakat marginal secara umum. Yakni rencana ke depan tentang bagaimana supaya kapabilitas pendidikan tidak saja terbatas pada otorisasi penguasa serta kaum aristokrat semata, tetapi lebih diprioritaskan pada kepentingan masyarakat marginal secara luas. Dengan didasarkan pada sumber daya manusia serta bentuk reaksi aktif dari lingkungan di sekitarnya.

B. Konsep Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di dalam keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Sedangkan pendidikan dalam pengertian yang lebih luas adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sesial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budayaSedangkan menurut Asian Brain, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dalam konteks pendapat di atas, terdapat ruang wacana bahwa pada dasarnya pendidikan adalah praksis dari sebuah sistem. Oleh karenanya pendidikan tidak saja hanya terbatas pada dikotomik yang plural. Ia adalah proses transformasi dari berbagai disiplin pemikiran kearah terwujudnya masyarakat madani. Pendidikan di sini dimaknai bukanlah sebagai sebuah paradigma yang mati, beku dan hanya terbatas pada teori akademik. Rekonstruksi seputar praksis formalis lebih dikembangkan kearah yang lebih luas. Sesuai dengan esensi pendidikan itu sendiri yaitu sebagai proses transformasi, maka dalam konteks ini pendidikan relatif memegang peranan yang tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran bangku sekolah, tetapi lebih dari itu yakni mentransformasikan ideologi referensial ke arah pembentukan masyarakat yang beradab dan berakal budi tinggi.

C. Konsep Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya, manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

Sementara itu ada beberapa pendapat mengenai pengertian masyarakat itu sendiri. Di antaranya adalah:
  • Menurut Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan
  • Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
  • Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
  • Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Dalam sebuah negara, masyarakat memiliki peranan yang sangat signifikan. Kepekaan dalam proses interaksi dengan dunia luar serta urgensitas teritorial sebuah negara sangat tergantung dengan kualitas dan kuantitas sebuah masyarakat. Bahkan dalam lingkup yang lebih massif, maju dan berkembangnya sebuah negara terletak pada tingkat pluralisasi peradaban serta kesejahteraan masyarkat itu sendiri. Masyarakat adalah barometer sekaligus komponen terbesar dalam sebuah negara.

Dalam perkembangannya masyarakat akan selalu membutuhkan semacam konduksi dalam hubungan interpersonal. Hal ini merupakan sebuah keharusan mengingat masyarakat adalah bejana multikultural.

Untuk itu di sini fleksibelitas pendidikan sangat diperlukan. Akan seperti apa jadinya jika dalam proses multikulrisasi tadi tanpa sedikit pun adanya sentuhan nilai-nilai pendidikan di dalamnya serta sudah terjangkaukah pendidikan buat masyarakat?

0 komentar:

Posting Komentar